Edisi Hari #1 Menoreh Pagi

Sendu fajar kembali menyapa insan-insan yang berusaha menghadapi kenyataan. Embun yang kembali mengalir tenang lagi dan lagi hingga membasuh debu yang masih mengendap dipermukaan.
Selayaknya daun, hatipun sama. Kadang terlihat sehat namun ternyata cukup banyak debu-debu yang melekat tak kenal tempat. Hanya karena sebuah pengharapan atau sebuah ekspektasi bayangan. Maka akan kuingat sebuah nasihat sahabat

“Ingatlah untuk menyiapkan ruang kekecewaan”
Kekecewaan adalah bulir kecil dari sebuah kekesalan. Memang kecil namun sulit untuk dihapuskan. Selayaknya menyapu untuk noda kecil yang kadang tak terlihat namun bisa dirasa. Aku sudah berusaha menutupinya, aku tau. Aku anggap itu adalah sebuah arti memafkan. Ternyata belum, karna ketika kembali diungkit, aku kembali kecewa akan segala keputusan masa lalu. If i can change my past, i will change the choice.

Namun kembali aku diingatkan Tuhan melalui tangannya yaitu kamu, bahwa sebesar dan sehebat apapun dirimu kamu tidak bisa mengalahkan masa lalu. Ya, apakah talas dapat menyalahkan embun yang mengalir ataupun waktu pagi tanpa sebuah pemaafan? karena kekecewaan adalah sebuah kewajaran yang harus disikapi menjadi pembelajaran. Bukankah noda noda kecil itu dapat menghalangi daun talasku? Untuk kembali hijau dan menerima mentari walau artinya aku akan lebih lama di pekarangan.

Ah, tidak didasarkan pada sebuah tawaran, namun sebuah peng ‘ada’ an. Atau sebuah pengharapan atas sebuah penerimaan, atau rangkulan dalam pemblokiran. Berusaha untuk tidak peduli, ah yang harus ku lakukan adalah memaafkan dan mengerti. Tapi bukankah memaafkan adalah proses panjang? Selayaknya fajar penuh pembelajaran dan pemaknaan untuk melihat sisi positif dan segala peluang hingga senja. Selayaknya kita memilih untuk kembali menoreh pagi, maka artinya kita selalu punya pilihan untuk memaafkan. 

Kita pasti berkembang!

Selamat berjuang untuk para insan yang bersiap menatap fajar, dengan luasnya ruang kekecewaan dan hangatnya sebuah pemaafan. Bilik-bilik kekecewaan dan tumpukan pemaafan tersebut jelas telah dipersiapkan oleh ratusan tempaan kehidupan. Kembalilah menjadi daun talas yang bersih, menoreh pagi dan siap kembali menerima matahari.

------------
Tulisan ini pernah di post di tiaraannisaa.tumblr.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjaga Kewarasan

Tentang Berkembang