Persepsi "Wanita Seutuhnya"

Untuk para wanita yang sedang mempertanyakan langkah yang dijalani

Mulailah terbiasa dengan ketidaksempurnaan. Seorang wanita tidak dituntut untuk sempurna kok. Dia tidak harus menjadi superwoman yang bisa mengerjakan laporan sambil telfonan plus makan siang. Atau dia tidak harus menjadi anak kosan yang bisa membereskan kamar sambil memasak dan mengerjakan laporan. Kadang kita berfikir bahwa menjadi wanita seutuhnya adalah wanita yang bisa melakukan segala hal dengan sempurna. Yang bisa menyempurnakan hidupnya. Jago olah raga iya, belajar mantaap, organisasi gausah ditanya tidur cukup. Yaa mungkin di dunia ini kamu bisa menemukan gadis itu. Namun aku hanya ingin mengingatkan bahwa menjadi wanita seutuhnya adalah proses belajar menerima ketidaksempurnaan dan mengembangkan yang ada serta membuat sesuatu menjadi lebih baik lagi.
Banyak remaja (gadis) yang kadang menolak sebutan wanita seutuhnya seolah-olah belum siap atau seolah-olah hal tersebut hanya dilakukan oleh sebuah mantra kesempurnaan. Hal tersebut bisa menjadi alasan mengapa wanita kadang tidak seberkembang pria. Karena wanita tidak menyokong arti bahwa “seutuhnya” dimaksudkan untuk berkembang seutuhnya, menerima ketidaksempurnaan dan menjadi lebih baik lagi tiap saat.

Wanita kadang takut untuk mencoba hal baru karena takut dipandang gagal atau tidak sempurna. HEI! wanita tidak harus dipaksa menjadi sempurna kok. Berbeda dengan pria yang melakukan sesuatu karena nekat, ingin dan learning by doing. Kadang pria tidak memikirkan apa kata orang karena well tidak ada sebutan serta tuntutan menjadi sempurna (serta tidak ada tuntutan umur menikah). Saya jarang mendengar superman disebut-sebut dan digunakan untuk melabelkan seorang pria namun saya sering mendengar label superwoman atau malaikat tanpa sayap atau wanita seutuhnya (persepsi seutuhnya yang salah seolah2 itu sebutan lain dari sempurna)

Persepsi kesempurnaan yang harus dilakukan oleh wanita inilah yang kadang membuat wanita takut untuk melangkah, takut untuk mencoba dan takut untuk salah. Saat masih SD kecil, mungkin kita melihat wanita memiliki rangking atau pencapaian yang baik dibandingkan dengan laki-laki. Saat beranjak dewasa, kadang kita melihat laki-laki lebih gigih. Mengapa? Karena persepsi bahwa wanita harus detail dan perfect mengerjakan sesuatu atau persepsi bahwa kita harus menyeimbangkan antara inside dan outside. Ah padahal tidak juga. Tetaplah jadi dirimu sendiri hai wanita, yang perlu kamu takutkan bukanlah sebuah ketida sempurnaan namun pada “berhenti untuk belajar menjadi seutuhnya, versi kita sendiri”

Tetaplah berjuang dijalanmu, ga perlu memikirkan apa kata orang,ng. tetaplah belajar dan menjadi cerdas untuk masa depan dengan caramu sendiri. Tidak perlu gelisah dengan ketidaksempurnaan yang ada, tetaplah berkembang seutuhnya


Salam  hangat penuh semangat
Tiara
Sedang belajar (menjadi) wanita seutuhnya.

Pernah ditulis dan di post di tiaraannisaa.tumblr.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjaga Kewarasan

Edisi Hari #1 Menoreh Pagi

Tentang Berkembang