Just ....

Sembari menunggu mama di rumah sakit, aku banyak berfikir mengenai segala mome momen titik balik kehidupan. Mulai dari momen yang sepertinya remeh nyari kosan buat dikampus, putus cinta, mulai pacaran, ditolak, memutuskan gamau pacaran sampai momen momen lomba keluar negri, ikut leader award dan momen lulus pasti ada mama.

Mama seolah jadi tokoh supporting yang selalu ada. Eh engga ding, ga selalu dalam hal fisik tapi selalu hadir either nganter ke bandara bawain 100 tahu baso buat dibagiin sama semua anak2 itb yang lomba ke korea, nyiapin rendang dan kering kentang pas tau aku liburan ke korea sama orang kantor, nyari kosan dll. 

Aku termasuk anak yg agak dilepas, namun aku sadar segala langkahku pasti diketahuin mama ayah dan selalu diawasi. Saat nyari kosan contohnya, saat awal masuk itb dan ga paham bandung, mama akan nemenin aku muterin cisitu lalu kanayakan lalu dago lalu lanjut ke plesiran dan ngasih petuah petuah kosan kaya gimana yang direstuin mama ayah (soalnya mereka rada picky gitu laah, jangan di gang, jangan disebelah kali dll)

tapi, saat tingkat 2, aku mulai dilepas sama mama ayah. Aku boleh nyari kosan sendiri, kisaran 20-30 kosan aku kunjungin dan aku ambil 5 teratas. Dan yaa mama jadi filter akhir milih 5 teratas itu mana yang cucok dan mau dibayarin sama ayah 😂 

Aku menyadari, mama selalu hadir di setiap turning point aku. Dan semabari aku nunggu mama di rumah sakit sendirian, aku sadar dan yakin bahwa ketika aku menikah dan memiliki anak, aku mau dan harus selalu ada di turning point anaku (insya Allaah). Aku ga ngomongin soal kerja kantoran atau tidak karena ketika aku yakin akan hal aku mau selalu hadir buat anaku, maka aku yakin aku bisa dengan mudah melepas kerjaanku untuk dia atau aku akan cari akal gimana caranya tetap hadir untuk anak aku kelak. Seperti mama yang suka ninggalin anak-anak yg mau les ke mama karena mama mau ngunjungin aku yang stress TA 😂 And yes, i'm sure it is depend on the situation later

Sounds easy but i know akan banyak diskusi kontemplasi lain setelah ini. But for sure, aku sekarang meyakini, kalau misal suamiku nanti minta aku ga kerja kantoran, insya Allaah dengan yakin aku ga akan banyak nego. Well tentu dengan term and condition bahwa aku tetap diberi ruang aktualisasi lain misal jualan atau buat sekolah dirumah atau apalaah biar ga cuma nonton tv doang (mon maap saya udh ga nonton tv dari smp) :) maklum anaknya gabisa diem. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjaga Kewarasan

Edisi Hari #1 Menoreh Pagi

Tentang Berkembang