Awal dari target baru

Dulu saat SD, ibu-ibu teman-temanku menilai aku mandiri. Sampai aku bertanya-tanya mandiri dari sebelah mana ya. Apa karena aku pulang sekolah dalam keadaan rumah kosong karena mama belum pulang dari tempat mengajar? atau, aku dibilang mandiri karena aku belajar dan masak telur ceplokku diajarin oleh tetangga dan menghabiskan 12 butir telur dalam sehari? atau aku disebut mandiri karena aku dengan lincahnya inisatif ketika pulang dan ga bawa kunci rumah?

Tapi, semua itu kan problem internal yang tidak di show off. Lalu aku terfikir bagaimana caranya ibu-ibu tersbeut mengatakan beberapa anak mandiri dan yang lain sedang (berusaha) untuk mandiri tanpa tau bagaimana didalam rumah tersebut?

Lambat laun, aku terfikir bahwa penilaian mandiri atau tidak itu sangatlah berbeda satu dengan yang lain. Kecenderungan penilaian yang bersifat subjektif ini akan bersifat spesifik lalu lama kelamaan akan menjadi general. Sebagia contoh, kita akan menilai seorang anak kecil mandiri adalah ketika dia bisa merapihkan tempat tidurnya, atau menyiapkan bekal sekolahnya sendiri (hal-hal spesifik) akan berbeda dengan kita menilai anak kuliahan atau SMA sudah mandiri atau belum. Ketika dewasa, kemandirian akan terlihat ketika seseorang tidak bergantung dengan orang lain dalam hal pengambilan keputusan (hal general dalam hidup dengan lingkup menyeluruh)

Lalu, apakah tingkat sensitifitas atau parameter tersebut sama untuk tiap orang dalam menilai orang lain? Belum tentu. Aku mungkin akan menilai A mandiri, namun si B akan menilai A kurang mandiri. Biasanyaa, pembanding mandiri atau tidaknya seseorang adalah diri sendiri.

Well, aku tidak akan menekankan pada nilai menilai satu dengan yang lain, hanya saja apabila ingin menset suatu kemandirian dalam hidup sendiri atau keluarga baiknyaa dimulai dengan menset goal dan parameter keberhasilannya kan? Setidaknya berhasil dari sudut pandang diri sendiri.

Karena tiara annisaa cukup kompetitif dalam hidup dan ingin selalu berjuang dan terpompa semangatnya kalau melihat orang lain, maka tiara akan (sedikit dan belajar) dari orang lain.

Beberapa poin kemandirian yang ingin aku kuatkan adalah
1. Mampu menjadi manusia beragama yang bermanfaat dan tangguh dengan kedua kaki sendiri. Tidak perlu berantung pada ayah mama bahkan kalau bisa dan harus bisa ayah mama bisa aku kuatkan.
2. Mampu menjadi kakak untuk adhin sarah
3. Mampu mandiri sebagai seorang istri nantinya. Bisa menguatkan si doi tentu saja
4. Mandiri sebagai seorang ibu tangguh nantinya!
5. Mandiri sebagai masyarakat dimana mampu berkembang dan mengembangkan sekitar.

Awal dari sebuah kemandirian diri adalah kesadaran bahwa kita perlu meningkatkan kemandirian terlebih dahulu.  Well, mungkin akan aku bahas perpoin tapi nanti ya, karena sudah semakin larut.

Bali Nusa Dua, 10 Oktober 2018
Langit senja

#Harike1
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjaga Kewarasan

Edisi Hari #1 Menoreh Pagi

Tentang Berkembang