First Thing First

As Judging person, i always and love to plan. From everyday to do list sampai kira-kira mau baca apa, penataan bukunya kaya gimana, merencanakan rencana-rencana lain hingga hidup terasa lebih santaikarena we already plan from a to z and identify and mitigate the risk as much as we can. Menikmati rasanya deg deg an ketika rencana kita mau diimplementasi dan sungguh bahgia ketika menchecklist salah satu step kehidaupan, haha sombong banget ya padahal check listnya bisa aja hanya do yoga, read 45 mnt dan little step yang lain yang bikin hidup terencana. Cung orang yang MBTI nya judging? haha pasti paham.

Memang disebutkan salah satu kelebihan dari J adalah terencana, tertata dll. Bahkan ketika sedang stress, what i always do and insya Allah ampuh adalah menstructure kan masalah atau rumitnya pikiran dengan gambar-gambar maupun bikin timeline. Such a freakin yea? haha

Disamping kelebihan, sebenarnya menjadi orang yang terencana memiliki dampak yang perlu dikendalikan yaitu kadang panik kalau ada hal yang tidak sesuai rencana. And yes, its always happend tho? its Life!!

Dari perjalanan kehidupan, ternyata ada hal lain yang perlu untuk dilakukan, first thing first, sebelum merencanakan, sebelum menyusun strategi

Acceptance

Penerimaan bahwa memang belum sempurna dan masih perlu diperbaiki. Penerimaan bahwa ternyata masih dibawah ekspektasi. Penerimaan bahwa, oke ini ga sesuai dengan apa rencana. Pernerimaan bahwa memamng yowes to its already happen so get up and let it go, dont burden your mind that you are suck because something is not suit with your plan. Mungkin beberapa orang ini mudah, but yet its hard for me at least sekarang sedang belajar terus.

Acceptance is not only related with plan but also about the things Allah gives to you. Menerima dan bersikap yolo yaudahlah itu beda ya, menerima disini adalah asal muasal untuk bisa melesat jauh, setidaknya dengan menerima saya bisa lebih fokus pada "oke, it is what it is, so what next".

is the acceptance is being shy and ashamed? nope darl, Menerima itu yaa santai aja, bangga namun ga sombong sih. Dulu saat SMP, dokter keluarga pernah ngomelin saya karena saya bungkuk. usut punya usut, ternyata saya merasa ga PD dengan tinggi badan yang beda dengan teman-teman saya yang rata-rata 150 cm. Apakah saya menerima? yaa, saya merasa saya menerima saya lebih tinggi dan bongsor namun ternyata perasaan ga pede bikin saya jadi berusaha membungkuk dan menyamakan tinggi badan saya.

Start from acceptance and everything (at least feels) easier. Lebih mudah untuk fokus pada solusi ketimbang mengutuk masalah, lebih mudah ke making plan a, b, c and analyze which one is the best to implement, lebih mudah untuk bilang "yaudahlaah, selo" dan tutup telinga sama kata-kata orang dan membuka hati menerima saran pengembangan.

Namun, tulisan ini tidak akan memaksamu untuk menerima secara cepat kok. I know everything need a time. Contoh penerimaan yang menurutku butuh waktu adalah kehilangan orang yang dicintai. Menerima bahwa memang kita sedang sedih, menerima bahwa saya belum bisa menjadi obat dan tidak akan pernah bisa menjadi obat atas rasa sedih kehilangan orang yang dicintai.

Menerima bahwa, ya, wajar saja merasa rindu teramat dalam karea memang pasti akan rindu :)
Penerimaan bahwa ini bukan sebuah masalah karena menurutku masalah itu tergantung ekspektasi. Dan kehilangan apalagi melepaskan dengan penuh kebanggaan bukanlah sebuah masalah, kita hanya perlu waktu untuk menerima sambil nyusun strategi lagi biar mama bisa bangga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjaga Kewarasan

Edisi Hari #1 Menoreh Pagi

Tentang Berkembang