Manusia dan Pemikirannya

Dalam buku 'Grit' disebutkan, bahwa alasan terbesar manusia untuk bisa 'gigih' akan suatu hal bersumber dari motivasi dan ada 2 jenis motivasi yaitu yang menguntungkan diri sendiri dan juga menguntungkan orang lain. Hal ini kembali mengingatkanku ke salah satu diskusi yang diadakan oleh wewomen.id tanggal 28 maret lalu. Topik yang sedang dibahas adalah 'women with ambition' dan salah satu pembicara (Sabrina, putri indonesia riau) menyebutkan bahwa manusia yang berambisi biasanya didorong oleh dua jenis motivasi yaitu selfish and selfless motivasi atau motivasi yang menguntungkan dirinya dan motivasi yang menguntungkan orang lain. Mirip-mirip dan hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Agela Duckworth bahwa seseorang yang berambisi atau gigih biasanya memiliki dua motivasi ini. Atau pasti tidak hanya didorong oleh motivasi diri (atau menyelamatkan diri) saja namun juga bisa didorong oleh perasaan ingin bermanfaat dengan orang lain.

Hal ini sesuai banget sama apa yang rasulullah sebutkan
"Sebaik baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain" ( HR Ahmad, Ath Thabrani)

Dan memang banyak research yang sudah menyebutkan bahwa dengan kita berbuat baik, kita sesungguhnya sedang berbuat baik pada diri sendiri. Gak perlu laah yaa aku menyebutkan bahwa dengan berbuat baik pada sesama, mengamalkan apa yang sudah kita punya (ilmu harta dll) kita sedang membuat badan dan emosi kita lebih sehat. Dan hal ini sudah dibuktikan bahwa neural oatk kiat berfungsi lebih baik ketika kita berbuat baik (psychologytoday.com)

Aku jadi teringat sama salah satu ayat Alquran yang menyebutkan pula bahwa sebetulnya apa yang kita lakukan untuk orang lain itu merujuk dan balik lagi untuk mensuplai energi kepada diri kita/ambisi kita.

"Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri" (Qs Al Isra :7)

Apakah ini sebuat kebetulan, bahwa alquran menyebutkan sesuatu hal yang dibuktikan oleh para peneliti dunia? Namanya juga sumber kehidupan ya. Alquran pasti akan memberikan tuntunan bagi kehidupan dunia. Maka pertanyaan yang muncul dalam kepalaku adalah

"Kenapa alquran ga dibuat mirip manual book saja, yang step 1, step 2nya jelas, mirip enslikopedia yang tinggal kita buka, oh kalau hari ini ada masalah ini, maka jawabannya A, kalau mobil rusak bagian ini maka ngebenerinnya adalah bagian B"

Ternyata, jawabannya adalah karena Allah ingin hambanya berfikir dan banyak sekali ayat di alquran menyebutkan mengenai seruan untuk menggunakan pemikiran. Bukankah pembedaan manusia dengan makhluk lain adalah diberikannya akal? Bahkan ayat pertama yang diturunkan adalah Iqra (bacalah) yang tentu dengan pemikiran.

Jadi, maksudnya apa? Alquran sumber kehidupan tapi kita diminta tetap menggunakan pemikiran kita? laaa itu jawabannya. Allah swt mendidik hambanya dengan memberikan Alquran sebagai tuntunan dan juga tetap meminta kita untuk memahami dan menggunakan pemikiran kita. Kita dituntut berfikir menemukan jawabannya tapi kita diberi support melalui diberikannya alquran dan juga akal. Kalau kata dunia psychology mengenai tipe pola asuh, pola asuh ini disebut authorative (demanding but supporting which is pola asuh yang membentuk seorang menjadi gigih dan sukses). Tak lupa, karena manusia itu makhluk ekonomi yang bergerak atas incentive (award) Allah swt pun menyebutkan award bagi manusia sebagai bentuk dorongan desiree dan juga ketakutan (fear) yang perlu dihindari berupa penyebutan surga dan neraka atas apa yang telah kita lakukan.

Jadi, alquran adalah bentuk support Allah kepada makhluknya dalam menjalani lika liku kehidupan. Menjadikan alquran sebagai salah satu tools kehidupan untuk bisa mencapai sesuatu. Apa hanya itu? tentu saja tidak, Allah ingin kita berkembang dan sukses dengan mendidik manusia pada pola authorative yaitu demanding untuk kita menggunakan akal kita yang sudah aku sebutkan di paragraf sebelumnya.

Penggunaan Alquran dan menggunakan akal kita untuk menelaah telah ditunjukan oleh salah satu sahabat rasulullah yaitu Mu'adz bin Jabal. Beliau merupakan salah satu sahabat yang berhasil memahami bahwa Allah memang menciptakan alquran sebagai penuntun dasar dan dikembangkan oleh pemikiran manusia.

Ketika Rasulullah SAW hendak mengirimnya ke Yaman, lebih dulu ditanyainya, "Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Mu'adz?"

"Kitabullah," jawab Mu'adz.

"Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?", tanya Rasulullah pula.

"Saya putuskan dengan Sunnah Rasul."

"Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah?"

"Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia," jawab Muadz.

Maka berseri-serilah wajah Rasulullah. "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah," sabda beliau.

Dan mungkin kemampuan untuk berijtihad dan keberanian menggunakan otak dan kecerdasan inilah yang menyebabkan Mu'adz berhasil mencapai kekayaan dalam ilmu fiqih, mengatasi teman dan saudara-saudaranya hingga dinyatakan oleh Rasulullah sebagai "orang yang paling tahu tentang yang halal dan yang haram 

(jadi teringat mungkin jawaban beliaulah yang menjadi basis penentuan hukum di dunia atau kajian ilmu ushul fiqih)

Lanjut ya, Mua'adz bin Jabal pula yang salah satu sahabat rasulullaah yang mendorongku untuk bisa balance antara ilmu dunia dan akhirat. Yang bisa terus-terusan mencari ilmu untuk kemudian diamalkan. Istilahnya, mencari ilmu untuk bisa bermanfaat bagi diri dan bagi sesama. Mencari ilmu untuk bisa menyelamatkan diri dari api neraka (as a fear motivation) dan mendapatkan surga dan bertemu denganNya (as a desiree motivation).

Apa buktinya ia bisa balance antara ilmu dunia dan akhirat? Mua'adz bin Jabal sering menjadi tempat bertanya karena logikanya yang berjalan seiring dengan pemahamannya atas alquran. Dan apakah ia hanyalah pencari ilmu tanpa implementasi? tentu tidak saudara-saudara. Perlu dicatat, menurut pandangan beliau, sebuah ilmu tidak akan utuh sempurna tampa pengalaman yang sempurna. Kalau beliau saja sudah sebanyak itu ilmunya sampai jadi tempat bertanya, maka implikasinya berapa banyak pengamalan yang beliau lakukan? Masya Allah sekali bukan.

Perangainya yang cerdas lagi mau berbagi ilmu ditunjukan dengan bagaimana ia yang kalem, tidak banyak berbicara kecuali ditanya dan ia yang menjadi tempat bertanya ketika forum diskusi pada zamannya dilakukan. Idola sekali ya, huhu charismatic dan juga pintar dalam pemikiran dan perkataan.

Dalam kurun waktu hidupnya 33 tahun, beliau telah menorehkan banyak prestasi seperti menjadi utusan Rasulullah ke yaman (sebutannya diplomat saat ini), guru dan ahli hukum. Bahkan, beliau meninggal ketika sedang mememegang tongkat menjadi gubenur militer di Syiria (Suriah) di usianya 30-33 tahun tersebut ketika Abu Ubaidah bin Jarrah (amir atau gubenur militer) meninggal.

Apabila kita bisa mempelajari kegigihan, kesuksesan manusia dari apa motivasi yang mendorongnya, Mungkin salah satu motivasi muadz yang bisa kita pelajari ada di kalimat-kalimat akhir yang disebutkan olehnya ketika berdoa pada helaan nafas terakhirnya

"Ya Allah, sesungguhnya selama ini aku takut kepada-Mu, tetapi hari ini aku mengharapkan-Mu. Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa aku tidaklah mencintai dunia demi untuk mengalirkan air sungai atau menanam kayu-kayuan, tetapi hanyalah untuk menutup haus di kala panas, dan menghadapi saat-saat yang gawat, serta untuk menambah ilmu pengetahuan, keimanan dan ketaatan."

See? Motivasinya yang begitu besar mendorongnya menambah ilmu, meningkatkan ketaatan dan menjadikan dunia sebagai toolsnya. Semoga kita bisa menjadi muslim yang gigih, bermanfaat untuk sekitar serta terus mengasah pemikiran dengan menjadikan alquran sebagai basis kehidupan. Be ambition in the world to pursue the bigger benefit that already Allah over in afterlife, by making the huge 'why' we already supply ourself with huge energy and grit just like what Simon sinek and Angela duckworth said in their book.

Be Ambitious! Use your mind, human! like Mua'adz bin Jabal!
Warm Regards
Tiara


Sumber :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjaga Kewarasan

Edisi Hari #1 Menoreh Pagi

Tentang Berkembang